dari Ritual Mistis hingga Panggung Festival Internasional


Ilustrasi kesenian Reog Ponorogo yang menyimpan sejarah panjang (Dok. Pemkab Ponorogo)

KabarJawa.com– Kesenian Reog Ponorogo dikenal luas sebagai salah satu ikon budaya Jawa Timur yang telah melintasi batas lokal hingga menjadi suguhan di panggung festival dunia.

Namun, di balik keindahan dan kekuatan yang terpancar dari pertunjukannya, terdapat perjalanan panjang yang penuh dengan makna historis, ritual mistis, dan nilai-nilai filosofisnya.

Berikut adalah kisah bagaimana Reog Ponorogo berkembang dari sebuah upacara spiritual hingga menjadi warisan budaya yang membanggakan Indonesia di mata internasional.

Jejak Sejarah dan Unsur Mistis Reog Ponorogo

Reog Ponorogo lahir dari tanah Ponorogo, Jawa Timur, dan erat kaitannya dengan praktik kepercayaan kuno masyarakat setempat.

Pada mulanya, Reog bukan sekadar hiburan, melainkan tarian ritual untuk mengusir roh jahat serta memohon keselamatan.

Dalam tradisi animisme dan totemisme, harimau dipandang sebagai roh pelindung, sehingga simbol Lodaya atau raja hutan dijadikan tokoh sentral dalam pementasan.

Pementasan Reog menampilkan topeng besar berbentuk kepala harimau dengan hiasan bulu merak yang dikenal dengan sebutan Dadak Merak.

Selain Lodaya, ada tokoh Kelono Sewandono yang berperan sebagai raja, Bujangganong sebagai patih jenaka, Warok sebagai ksatria sakti, dan Jathil yang digambarkan sebagai prajurit gagah di atas kuda. Iringan musik gamelan dan lantunan penyanyi (penyenggak) menjadikan pertunjukan ini semakin hidup dan magis.

Tidak jarang, sebelum pertunjukan dimulai, masyarakat melakukan ritual pemberian sesaji. Hal itu diyakini sebagai bentuk penghormatan terhadap roh yang dipercaya menjaga barongan, agar pementasan berjalan lancar tanpa gangguan.

Hubungan dengan Penyebaran Islam

Seiring waktu, perjalanan Reog Ponorogo beriringan dengan masuknya Islam di Ponorogo. Berdasarkan laman IAIN Ponorogo, diketahui bahwa kesenian ini tidak semata mempertahankan unsur mistis, tetapi juga diyakini sebagai sarana untuk menanamkan ajaran moral sesuai tuntunan agama.

Reog dianggap sebagai media untuk mengajak masyarakat meninggalkan kebiasaan buruk, menjunjung tinggi norma kesopanan, dan membentuk budi pekerti luhur.

Nilai filosofis dalam Reog semakin diperkaya. Pertunjukan ini tidak hanya menekankan kekuatan fisik dan hiburan, melainkan juga membawa pesan persatuan, kebersamaan, serta keinginan untuk menjaga harmoni dalam kehidupan sosial.

Evolusi Menjadi Seni Pertunjukan Rakyat

Transformasi Reog Ponorogo dari ritual mistis menuju seni pertunjukan rakyat terjadi seiring perkembangan zaman.

Dari yang awalnya berfungsi untuk perlindungan spiritual, kini Reog menjadi simbol kebersamaan masyarakat.

Setiap pementasan menghadirkan semangat silaturahmi, penguatan identitas lokal, serta wadah hiburan yang memikat.

Perubahan ini tidak menghilangkan nilai aslinya, melainkan memperkaya makna Reog sehingga bisa diterima oleh berbagai kalangan. Reog pun menjadi kebanggaan masyarakat Ponorogo sekaligus representasi budaya Indonesia.

Reog di Panggung Internasional

Langkah Reog Ponorogo tidak berhenti di lingkup lokal. Dalam beberapa dekade terakhir, kesenian ini kerap tampil di berbagai belahan dunia.

Reog pernah dipentaskan di Place de La Monnaie, Belgia, dan juga tampil memukau di Amerika Serikat. Setiap penampilan menjadi bukti bahwa budaya Indonesia mampu memikat hati masyarakat internasional.

Puncaknya, pada tahun 2024, Reog Ponorogo resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO.

Pengakuan ini menjadi tonggak penting yang mengukuhkan posisi Reog sebagai identitas budaya yang sah milik Indonesia sekaligus memperkuat citra bangsa di dunia.

Warisan yang Harus Dilestarikan

Kini, Reog Ponorogo bukan hanya tontonan, tetapi juga tuntunan. Kesenian ini ialah cermin perjalanan budaya dari masa lalu yang penuh spiritualitas hingga kini menjadi kebanggaan global.

Dan ada harapan besar yang kemudian melekat pada kesenian ini. Yaitu, generasi muda diharapkan tak hanya melihatnya sebagai pertunjukan semata, melainkan juga sebagai warisan berharga yang perlu terus dijaga.

Dengan demikian, Reog Ponorogo bakal selalu hidup, mengakar di tanah kelahirannya, sekaligus menjulang di panggung dunia.***



Hiburan

Berita Olahraga

News

Berita Terkini

Berita Terbaru

Berita Teknologi

Seputar Teknologi

Drama Korea

Resep Masakan

Pendidikan

Berita Terbaru

Berita Terbaru

Berita Terbaru

Lifestyle

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *